Saturday, February 19, 2011

merajut kenangan




Setelah sarapan, putri kecilku berkata, “Mommy, mau nggak menemaniku menonton?” Kulirik piring bekas sarapan, lalu kulihat matanya yang besar berwarna coklat.
“Oke,” ujarku, kami pun menonton sambil berpelukan.

Setelah acara itu selesai, kami menyusun teka-teki gambar, lalu aku mencuci piring. Ketika telepon berdering .”Hai,” suara temanku,” Sibuk apa dari pagi?
“Hmmm,” menemani putriku nonton, lalu bermain teka-teki gambar."

“Oh, jadi, kau tidak sibuk hari ini?”

Tidak, kataku dalam hati, hanya sibuk merajut kenangan.

Setelah makan siang, Erica berkata,”Mom, kita main yuk?” Sekarang kulihat bukan hanya piring bekas sarapan, tetapi juga piring bekas makan siang. Sekali lagi, kulihat matanya yang besar berwarna coklat, dan aku ingat betapa istimewa rasanya saat ibuku bermain bersamaku ketika aku masih kecil.


”Sepertinya menyenangkan,”kataku,” tapi satu kali saja ya.” Kami memainkan permainan kesukaannya, dan dapat kulihat dia menikmati setap detik.

Ketika permainan itu selesai, dia berkata, ”Mom, baca buku dongeng yuk?”


”Oke,” jawabku. ”tapi satu kali saja ya?”

Setelah itu, aku ke dapur hendak mencuci piring. Akhirnya selesai, aku menyiapkan makan malam. Pembantu cilikku dengan penuh semangat menghampiriku di dapur, menawarkan bantuan. Aku sudah keteran dan menurutku tugasku akan lebih cepat selesai kalau putri cilikku bermain sendiri. Namun, keinginannya untuk membantu dan belajar melakukan hal yang dikerjakan ibunya meluluhkan hatiku, dan aku berkata, ”Oke, kau boleh membantu”.


Saat makan malam hampir siap, suamiku pulang dari kantor dan bertanya, ”Sibuk apa seharian?” ”Hmm, kami menonton, bermain, membaca buku, mencuci piring dan menyedot debu; lalu, dengan bantuan gadis cilikku, aku menyiapkan makan malam.”

” Hebat, aku senang karena kau tidak sibuk hari ini.” 
Tapi, aku sibuk, kataku dalam hati, sibuk merajut kenangan.

Setelah makan malam, Erica berkata,” Mommy, kita bikin kue yuk?”

”Oke.” jawabku.

Setelah membuat kue, aku menghadapi tumpukan piring bekas makan malam dan membuat kue. Namun, dengan mencium wangi kue hangat di seluruh rumah, ku tuangkan segelas susu dingin untuk kami berdua dan mengisi piring dengan kue hangat, lalu membawanya ke meja kemudian menikmatinya.

Selesai mencuci piring, Putri kecilku menarik-narik bajuku, dan berkata, ”Mommy, kita jalan-jalan yuk?’

”Oke,” jawabku.” Saat kedua kalinya kami mengitari jalan di sekitar rumah, aku teringat pada tumpukan baju yang harus segera dicuci. Tetapi, ku rasakan kehangatan tangannya dalam genggamanku, keindahan percakapan kami saat dia menikmati perhatianku sepenuhnya, dan aku memutuskan bahwa moment itu satu kali lagi tampaknya akan sangat menyenangkan.
Saat tiba di rumah, suamiku bertanya,” dari mana saja?”
“Kami sedang merajut kenangan,” jawabku

Setelah memasukkan tumpukan baju ke mesin cuci dan putri cilikku selesai mandi dan mengenakan baju tidurnya, perasaan lelah mulai terasa dan dia berkata, ” Mommy, kita saling menyisir rambut yuk,”
Aku lelah sekali! Begitu kata pikiranku, tapi yang keluar dari mulutku,

”Oke,” yuk kita saling menyisir rambut.” Setelah tugas itu selesai, dia melompat dengan penuh semangat, ”Kita saling mengecat kuku yuk, Ya, Mom ya?” Maka dia pun mengecat kuku jari kakiku, dan aku mengecat kuku jari tangannya, dan kami membaca buku sambil menunggu cat kuku mengering. Tentu saja aku harus membalik halaman, sebab kuku jari tangannya masih basah.


Kami sisihkan buku itu dan berdo’a bersama. Suamiku menjulurkan kepalannya di balik pintu,” Sedang apa kedua gadisku?” tanyanya.

”Merajut kenangan,” jawabku,




”Mommy,” katanya, ”Mommy tidur di sampingku sampai aku tidur ya?” 
”Baiklah,” jawabku, tapi dalam hati aku berkata, Mudah-mudahan dia cepat tidur supaya aku bisa segera bangun; begitu banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan.

Tepat pada saat itu, dua lengan kecil yang begitu berharga memeluk leherku dan berbisik, ”Mommy, hanya Tuhan yang mencintai Mommy melebihi cintaku pada Mommy.” Kurasakan air mata meleleh membasahi pipiku saat bersyukur kepada tuhan atas hari yang kami lalui bersama untuk merajut kenangan. 
Terima kasih Tuhan untuk segalanya.

No comments:

Post a Comment